Anime-Manga

Greed Island: Arc Tersadis yang Diam-diam Uji Mental Gon dan Killua!

Hunter x Hunter karya Yoshihiro Togashi dikenal sebagai salah satu anime shounen dengan alur yang kompleks dan penuh kejutan. Salah satu arc yang sering kali dianggap ringan karena unsur "game" di dalamnya, tapi sebenarnya menyimpan sisi kelam dan menyakitkan adalah Greed Island Arc. Banyak penggemar tidak menyadari bahwa arc ini diam-diam menjadi ujian mental paling berat bagi Gon dan Killua, dua tokoh utama dalam perjalanan mereka sebagai Hunter.

Apa Itu Greed Island?

Greed Island adalah sebuah game eksklusif buatan para Hunter elit yang hanya bisa dimainkan oleh pengguna Nen. Game ini bukanlah simulasi virtual biasa—para pemain benar-benar masuk ke dunia dalam game dan mempertaruhkan nyawa mereka. Game ini berisi berbagai misi, kartu, dan musuh berbahaya yang bisa membunuh pemain kapan saja. Namun, bagi Gon, game ini lebih dari sekadar tantangan—ini adalah jejak terakhir dari ayahnya, Ging Freecss.


Awal yang Tampak Seru, Tapi Penuh Ancaman

Di awal arc, Greed Island tampak seperti dunia fantasi yang menarik. Ada sistem kartu, misi, dan berbagai kota dengan nuansa RPG. Tapi seiring waktu, bahaya demi bahaya mulai terungkap. Musuh di dalam game bukan hanya NPC atau monster—tapi pemain asli yang bisa membunuh. Beberapa bahkan sengaja masuk untuk menghabisi pemain lain demi kesenangan atau keuntungan pribadi.

Salah satunya adalah Bomboo dan Genthru (si Bomber)—karakter yang tampak biasa, tapi ternyata adalah pembunuh berdarah dingin. Mereka meledakkan pemain lain dengan kemampuan Nen yang dipadukan dengan sistem kartu, menunjukkan betapa mematikan dan tidak kenalnya ampun dunia Greed Island ini.


Gon: Diuji Tekad dan Mentalnya

Bagi Gon, Greed Island adalah pintu menuju ayahnya. Tapi arc ini justru menunjukkan betapa keras kepala dan naifnya Gon. Ia berkali-kali memilih jalan berbahaya demi petunjuk soal Ging. Bahkan saat menghadapi Genthru, Gon lebih memilih terluka parah daripada mundur dari misi.

Ujian terbesar Gon di arc ini adalah ketika ia harus merancang strategi untuk mengalahkan Genthru—dengan taruhan nyawa. Dalam pertempuran itu, Gon menunjukkan sisi gelapnya: nekat, emosional, dan berani mati. Meski akhirnya menang, kondisi mental dan fisiknya benar-benar tercabik.


Killua: Tumbuh dan Belajar Mengendalikan Diri

Killua juga mendapat banyak ujian. Di Greed Island, ia harus menghadapi trauma masa lalu dan rasa takut akan kelemahan dirinya. Ia sadar bahwa dia tidak bisa melindungi Gon jika terus menghindar dari risiko. Salah satu momen penting adalah saat Killua menyelesaikan pelatihan Nen secara mandiri dan mengembangkan taktik tempur baru yang jauh lebih matang.

Killua mulai menunjukkan sisi yang lebih rasional dan bertindak sebagai penyeimbang Gon. Di sinilah perkembangan karakter Killua terlihat sangat signifikan, dari anak pembunuh menjadi teman yang rela mati demi sahabatnya.


Ujian Mental Terselubung

Yang membuat Greed Island arc terasa begitu menyakitkan bukan hanya pertarungan fisik, tapi juga pertarungan psikologis. Pemain dipaksa memilih antara hidup atau mati setiap saat. Bahkan karakter seperti Biscuit, mentor Gon dan Killua, menyadari bahwa game ini adalah sarana untuk menghancurkan atau menempa pemain menjadi lebih kuat—baik secara fisik maupun mental.

Greed Island juga menampilkan sisi dunia Hunter yang paling kejam: bahwa kekuatan tidak menjamin keselamatan, dan ketulusan bisa dimanfaatkan. Setiap langkah penuh risiko, dan mental para pemain selalu dalam tekanan tinggi.

Meski sering dianggap “arc ringan” karena tampilannya seperti game, Greed Island sejatinya adalah salah satu arc paling sadis dalam Hunter x Hunter. Di balik dunia fantasi dan kartu sihir, tersembunyi ujian mental brutal yang menempa Gon dan Killua jadi lebih dewasa.

Arc ini menjadi titik balik penting, bukan hanya karena memperlihatkan kekuatan baru, tapi karena menguji karakter dan keteguhan hati mereka. Greed Island bukan hanya game—itu adalah perang psikologis yang menyamar dalam bentuk permainan, dan hanya yang terkuat secara mental yang mampu bertahan.

What's your reaction?

Related Posts