Travel

Pasar Wit-Witan: Tempat Belanja Serasa Kembali ke Zaman Majapahit!

Banyuwangi memang nggak pernah kehabisan tempat wisata unik. Selain wisata alam dan budaya, ada satu tempat yang bakal bikin kamu merasa seperti melintasi waktu ke masa kerajaan kuno: Pasar Wit-Witan. Di tempat ini, kamu bukan cuma belanja makanan dan kerajinan tradisional, tapi juga bisa merasakan suasana khas zaman Majapahit, lengkap dengan bangunan kayu, baju tradisional, dan sistem transaksi yang unik! Terletak di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Pasar Wit-Witan kini menjadi salah satu destinasi wisata budaya favorit di Banyuwangi yang cocok untuk semua kalangan baik wisatawan lokal, pecinta sejarah, maupun keluarga yang ingin mengajak anak-anak belajar sambil bermain.

Dari Alam untuk Alam: Pasar di Tengah Hutan Bambu

Nama “Wit-Witan” sendiri berasal dari bahasa Jawa “wit” yang berarti pohon, menggambarkan bahwa pasar ini berada di tengah pepohonan bambu dan rimbunnya alam pedesaan. Begitu kamu masuk area pasar, kamu langsung disambut suasana adem dan tenang. Nuansa hijau dari pepohonan bambu menciptakan kesan damai yang langka ditemukan di pasar-pasar biasa.

Semua lapak terbuat dari bambu dan kayu, tanpa bangunan permanen atau bahan modern. Bahkan atap lapaknya menggunakan daun kelapa kering, membuat suasananya benar-benar terasa seperti hidup di masa lampau.

Penjual Berkostum Tradisional, Pembeli Pakai Koin Kayu!

Yang bikin pengalaman belanja di Pasar Wit-Witan makin unik adalah semua penjual dan petugas menggunakan pakaian adat Banyuwangi seperti kebaya, jarik, atau ikat kepala khas Osing. Sementara itu, pembeli tidak menggunakan uang rupiah secara langsung, melainkan harus menukarkannya terlebih dahulu dengan koin kayu yang disebut “witton”.

Koin witton ini menjadi alat transaksi di dalam pasar, yang nilainya sudah ditentukan. Selain memberi pengalaman seru, sistem ini juga mengajarkan konsep ekonomi lokal dan menambah nilai edukatif bagi pengunjung, terutama anak-anak.

Kuliner Tradisional yang Otentik dan Lezat

Di Pasar Wit-Witan, kamu bisa menemukan aneka jajanan tradisional yang mungkin sudah mulai langka di kota besar, seperti:

  • Cenil

  • Tiwul

  • Gatot

  • Pecel pincuk

  • Wedang uwuh

  • Tape singkong

  • Serabi kocor

Semua makanan disajikan menggunakan wadah alami seperti daun pisang atau tempurung kelapa, tanpa plastik. Jadi selain enak, kamu juga ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan!

Kerajinan Tangan dan Permainan Rakyat

Selain kuliner, ada juga lapak yang menjual kerajinan tangan lokal seperti anyaman bambu, miniatur angklung, dan pernak-pernik khas Osing. Kalau kamu membawa anak-anak, mereka juga bisa ikut mencoba berbagai permainan tradisional seperti egrang, congklak, dan bakiak.

Ada juga pertunjukan seni rakyat, seperti musik angklung paglak, tarian tradisional, hingga penampilan seni anak-anak lokal. Semua ini menjadikan Pasar Wit-Witan bukan hanya tempat belanja, tapi juga panggung budaya hidup yang menghibur sekaligus mendidik.

Waktu Buka dan Tips Berkunjung

Pasar Wit-Witan biasanya hanya buka pada hari Minggu pagi mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB. Jadi pastikan kamu datang pagi agar bisa menikmati suasana sepenuhnya sebelum pasar tutup.

Tips:

  • Bawa uang tunai secukupnya untuk ditukar dengan koin witton.

  • Datang lebih awal agar tidak kehabisan makanan khas yang cepat ludes.

  • Siapkan kamera karena banyak spot instagramable ala zaman kerajaan.

  • Pakai pakaian nyaman karena kamu akan berjalan menyusuri area pasar yang alami.

Kesimpulan: Perpaduan Wisata, Edukasi, dan Pelestarian Budaya

Pasar Wit-Witan bukan sekadar pasar biasa, tapi ruang belajar budaya yang menyenangkan dan penuh nilai lokal. Di tengah modernisasi, tempat ini hadir untuk mengingatkan kita pada akar tradisi, gaya hidup ramah lingkungan, serta pentingnya melestarikan warisan leluhur.

Kalau kamu ingin merasakan sensasi belanja seperti rakyat kerajaan Majapahit, Pasar Wit-Witan adalah tempat yang wajib kamu kunjungi saat berada di Banyuwangi. Siapa bilang wisata budaya membosankan? Di sini, kamu justru akan merasa pulang ke masa lalu dengan rasa, warna, dan kehangatan khas desa.

What's your reaction?

Related Posts