
Greed Island: Permainan Nyata dengan Nyawa sebagai Taruhan
Greed Island bukan sekadar game biasa. Game ini benar-benar terjadi di dunia nyata dan hanya bisa diakses oleh mereka yang memiliki kemampuan Nen. Setiap pemain mempertaruhkan nyawanya, dan setiap kesalahan bisa berujung pada kematian. Inilah dunia yang dihadapi Gon dan Killua saat mereka memutuskan untuk menantang game mematikan ini demi satu tujuan: menemukan ayah Gon, Ging Freecss.
Namun di balik tujuan itu, Greed Island secara tidak langsung menjadi arena perubahan karakter Gon yang drastis.
Dari Anak Polos Menjadi Petarung Brutal
Gon dikenal sebagai anak yang polos, ceria, dan penuh rasa ingin tahu. Tapi seiring berjalannya waktu di Greed Island, terutama setelah menghadapi tantangan-tantangan berat dan menyaksikan bagaimana nyawa manusia bisa melayang dengan mudah, Gon mulai berubah.
Pertarungan melawan Genthru (si Bomber) menjadi titik klimaks. Gon tidak hanya mengembangkan strategi untuk menang, tapi juga rela melukai dirinya sendiri secara brutal demi menjatuhkan lawannya. Ia meledakkan tangannya sendiri dalam taktik serangan, menunjukkan bahwa ia bersedia mengorbankan tubuhnya demi balas dendam dan kemenangan.
Sikap ini jauh dari karakter Gon yang dulu. Di sinilah kita mulai melihat bahwa ia menyimpan sisi gelap yang menakutkan—sisi seorang monster yang bisa muncul kapan saja.
Sisi Gelap Gon: Bukan Lagi Soal Baik vs Jahat
Yang menarik dari Greed Island adalah bagaimana arc ini menunjukkan bahwa tidak ada yang sepenuhnya baik atau jahat. Gon, yang selama ini diposisikan sebagai tokoh protagonis murni, menunjukkan bahwa dia pun bisa kejam, manipulatif, dan bahkan tega jika tujuannya terganggu.
Saat menghadapi Genthru, Gon menunjukkan tingkat determinasi yang ekstrem, bahkan tidak peduli jika harus menghancurkan tubuhnya sendiri. Ia mulai belajar bahwa dunia tidak akan memberinya jawaban hanya karena dia “baik.” Sebaliknya, ia mulai percaya bahwa kekuatan dan keberanian brutal adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
Inilah momen ketika Gon tidak lagi hanya seorang anak yang mencari ayahnya—tapi sosok yang siap menjadi monster demi misinya.
Pelatihan dan Perubahan Emosional
Selain fisik, Greed Island juga menguji mental dan emosi Gon secara ekstrem. Latihan Nen yang keras, tekanan dari para pemain sadis, serta bahaya konstan membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih tajam dan berani, tapi juga lebih keras hati.
Biscuit Krueger, mentor mereka, bahkan menyadari bahwa Gon memiliki potensi untuk menjadi sosok yang berbahaya jika tidak dikendalikan. Ia melihat bahwa di balik kepolosan Gon, tersimpan kemarahan dan kekuatan besar yang suatu saat bisa meledak—dan Greed Island hanyalah awal dari ledakan itu.
Monster yang Tersembunyi
Arc ini menjadi fondasi dari apa yang terjadi di arc selanjutnya—Chimera Ant Arc, di mana Gon benar-benar “meledak” dalam bentuk monster secara harfiah dan emosional. Tapi semuanya berakar dari perubahan mental di Greed Island.
Greed Island memperkenalkan kita pada Gon yang:
Berani mati demi tujuan
Tidak ragu menyakiti diri sendiri dan lawan
Kehilangan rasa takut terhadap kematian
Mulai percaya bahwa kekuatan adalah segalanya
Ini adalah ciri-ciri “monster”—seseorang yang telah kehilangan batas antara idealisme dan ekstremisme.
Greed Island bukan hanya tempat petualangan dan pelatihan Nen, tapi juga panggung di mana Gon mengalami transformasi karakter paling mencolok. Di balik dunia penuh kartu dan misi, terdapat ujian mental yang perlahan mengikis kepolosannya dan menumbuhkan sisi gelap dalam dirinya.
Bagi penonton dan pembaca setia Hunter x Hunter, ini adalah peringatan bahwa dalam dunia para Hunter, bahkan karakter utama pun bisa berubah menjadi monster jika terus terdorong oleh ambisi, rasa sakit, dan kehilangan.