Lokasi Strategis, Akses Mudah
Desa Kemiren terletak hanya sekitar 15 menit dari pusat kota Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Glagah. Dengan akses jalan yang bagus dan petunjuk yang jelas, kamu bisa mencapainya dengan kendaraan roda dua atau empat. Bahkan, banyak turis mancanegara yang sengaja singgah ke sini untuk merasakan pengalaman tinggal di kampung adat Osing.
Mengenal Suku Osing, Pewaris Budaya Majapahit
Suku Osing adalah keturunan langsung dari Kerajaan Blambangan, sisa kejayaan Majapahit yang terakhir bertahan di ujung timur Pulau Jawa. Mereka memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa Osing, serta tradisi unik yang berbeda dari budaya Jawa pada umumnya.
Di Desa Kemiren, kamu masih bisa melihat bagaimana kearifan lokal dan adat istiadat dijaga ketat oleh warga. Dari arsitektur rumah panggung yang disebut Bale, hingga penggunaan bahasa Osing dalam percakapan sehari-hari.
Tradisi Harian yang Masih Hidup
Tak seperti kampung wisata yang dibuat “setting-an”, kehidupan di Desa Kemiren benar-benar otentik. Beberapa aktivitas budaya yang masih dijalankan secara rutin antara lain:
Mepe Kasur: Tradisi menjemur kasur warna merah-hitam khas Osing setiap 1 Suro untuk menolak bala.
Ngopi Sepuluh Ewu: Tradisi menjamu tamu dengan kopi asli Kemiren, sebagai simbol keramahan dan penghormatan.
Upacara Adat Tumpeng Sewu: Digelar setahun sekali dengan membawa 1000 tumpeng sebagai wujud syukur dan doa keselamatan.
Rumah Adat dan Sentuhan Arsitektur Tradisional
Setiap rumah di Desa Kemiren masih mempertahankan gaya arsitektur khas Osing. Ciri khasnya antara lain:
Atap dari genteng tanah liat
Dinding kayu dan bambu
Teras lebar sebagai ruang berkumpul
Tidak ada pagar tinggi, menggambarkan keterbukaan antarwarga
Rumah-rumah ini juga sering digunakan sebagai homestay bagi wisatawan. Jadi, kamu bisa merasakan langsung bagaimana hidup ala masyarakat Osing, lengkap dengan makanan tradisional, aktivitas harian, dan interaksi sosial khas desa.
Kuliner Tradisional yang Menggoda
Berada di Kemiren tidak lengkap tanpa mencicipi kuliner khasnya. Beberapa yang wajib dicoba antara lain:
Sego Tempong: Nasi dengan sayuran rebus, sambal pedas, dan lauk sederhana yang nikmat.
Pecel Pitik: Ayam kampung yang disuwir dan dicampur dengan parutan kelapa dan bumbu rempah.
Kopi Lanang: Kopi khas Kemiren yang aromanya kuat dan punya rasa autentik.
Kamu bisa menikmatinya langsung di rumah warga atau di kafe tradisional dengan arsitektur bambu dan pemandangan sawah.
Wisata Edukasi Budaya dan Seni
Banyak wisatawan datang ke Desa Kemiren bukan sekadar untuk melihat, tapi juga belajar langsung budaya Osing. Beberapa kegiatan yang bisa kamu ikuti:
Belajar menari Gandrung (tarian khas Banyuwangi)
Membatik dengan motif Osing
Belajar bahasa Osing dasar
Menanam padi bersama petani lokal
Tur budaya keliling desa dengan pemandu lokal
Aktivitas-aktivitas ini membuat Desa Kemiren cocok untuk wisata keluarga, edukasi anak-anak, maupun konten budaya bagi para kreator digital.
Kesimpulan: Budaya yang Tidak Sekadar Dipamerkan, Tapi Dihidupi
Desa Wisata Adat Kemiren adalah bukti bahwa modernisasi tidak harus mematikan budaya lokal. Di tengah perubahan zaman, masyarakat Osing tetap menjaga tradisi dengan bangga, tanpa kehilangan keterbukaan terhadap wisatawan dan dunia luar.
Jika kamu ingin liburan yang tak hanya menyenangkan tapi juga bermakna, Kemiren adalah pilihan sempurna. Di sini, kamu bukan cuma jadi tamu—tapi bagian dari cerita budaya yang masih terus hidup.