Asal Usul Julukan “Kota Santet”
Mitos Banyuwangi sebagai kota santet berakar dari cerita-cerita kuno tentang ilmu kanuragan, kejawen, dan kekuatan supranatural yang berkembang di wilayah ini. Dalam sejarah lisan masyarakat Jawa Timur, Banyuwangi dikenal sebagai tempat para dukun sakti mandraguna menuntut ilmu, terutama di daerah-daerah pedalaman.
Keberadaan ilmu santet, teluh, atau guna-guna konon kabarnya marak di masa lalu, terutama saat konflik antarkampung atau saat perebutan kekuasaan zaman kerajaan dan kolonial. Karena itu, cerita tentang orang yang tiba-tiba jatuh sakit karena disantet atau rumah tangga hancur karena guna-guna sering terdengar di masa lalu.
Namun, persepsi tersebut perlahan berubah, apalagi setelah modernisasi dan terbukanya akses wisata di Banyuwangi.
Faktor Sejarah dan Budaya Lokal
Julukan “Kota Santet” tak bisa dilepaskan dari budaya mistik dan spiritual yang pernah kuat di Banyuwangi. Suku Osing, suku asli Banyuwangi, memiliki tradisi dan ritual adat yang sakral seperti Seblang, Tumpeng Sewu, dan Barong Ider Bumi.
Beberapa ritual tersebut dianggap berbau mistis oleh orang luar, padahal sebenarnya adalah warisan budaya leluhur yang sarat makna spiritual dan sosial. Contohnya, tari Seblang yang dilakukan oleh perempuan yang kerasukan arwah leluhur bukan untuk menyakiti, tetapi sebagai bentuk ritual tolak bala dan pembersihan desa.
Ritual-ritual seperti ini kemudian disalahpahami oleh sebagian masyarakat luar sebagai praktik ilmu hitam, padahal nilai budaya di dalamnya sangat tinggi.
Era 1990-an: Banyuwangi dan Media Nasional
Pada era 1990-an, kasus-kasus pembunuhan misterius terhadap para dukun mulai marak dan diliput besar-besaran oleh media nasional. Banyak orang yang dicurigai sebagai dukun santet dibunuh massa tanpa bukti kuat.
Peristiwa ini memperkuat cap negatif Banyuwangi sebagai pusat santet. Padahal, banyak korban justru adalah orang biasa yang dijadikan kambing hitam oleh oknum tertentu. Sejak saat itu, citra Banyuwangi sebagai kota penuh mistik dan santet makin tersebar luas di seluruh Indonesia.
Banyuwangi Kini: Dari Kota Mistis Menjadi Kota Wisata Dunia
Meskipun mitos santet masih melekat, Banyuwangi kini telah bertransformasi menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Dengan slogan “The Sunrise of Java”, kota ini dikenal akan kekayaan budaya, keindahan alam, dan keramahan masyarakatnya.
Beberapa destinasi populer seperti:
Kawah Ijen dengan api birunya yang legendaris
Pantai Pulau Merah yang cocok untuk surfing
Hutan De Djawatan yang mirip suasana di film Lord of the Rings
Desa Kemiren, kampung adat Suku Osing
…telah membuktikan bahwa Banyuwangi punya potensi luar biasa di luar mitos mistisnya.
Bahkan, Banyuwangi pernah mendapat penghargaan sebagai kabupaten inovatif dan sering dikunjungi wisatawan mancanegara.
Kesimpulan: Antara Mitos dan Kenyataan
Mitos Banyuwangi sebagai “Kota Santet” memang masih ada, namun kini sudah tidak relevan lagi jika dibandingkan dengan perkembangan kota ini yang begitu pesat. Budaya mistik masa lalu adalah bagian dari sejarah dan identitas lokal, namun bukan berarti masyarakat Banyuwangi hidup dalam dunia klenik.
Kini, Banyuwangi adalah kota yang terbuka, modern, dan ramah wisatawan. Justru kekayaan budayanya yang unik dan kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong dari dalam dan luar negeri.
Jadi, daripada takut dengan mitos, lebih baik kamu datang langsung ke Banyuwangi dan buktikan sendiri keindahan serta keramahan kota ini.