Apa Itu Gandrung Sewu?
Gandrung Sewu secara harfiah berarti βseribu penari gandrungβ. Tarian ini merupakan bentuk pertunjukan tari massal yang melibatkan lebih dari 1.000 penari, mayoritas pelajar dari seluruh Banyuwangi.
Tarian ini berasal dari tari Gandrung, tarian tradisional yang awalnya merupakan bentuk pemujaan kepada Dewi Padi (Sri), lalu berkembang menjadi seni hiburan rakyat. Tari Gandrung dikenal dengan gerakannya yang anggun, dinamis, dan penuh ekspresi, diiringi musik tradisional seperti gamelan, kendang, dan biola khas Osing.
Panggung Spektakuler di Tepi Laut
Yang membuat Gandrung Sewu begitu istimewa adalah lokasinya. Setiap tahun, acara ini digelar di Pantai Boom Marina Banyuwangi, sebuah kawasan tepi laut dengan panggung terbuka raksasa. Bayangkan saja: ribuan penari menari serentak dengan kostum merah menyala, berlatarkan laut biru, langit senja, dan Gunung Ijen dari kejauhan.
Momen ini selalu menjadi surganya fotografer dan pembuat konten, karena menghasilkan visual yang dramatis dan estetis. Tak heran jika foto dan video Gandrung Sewu kerap viral di media sosial dan diliput berbagai media internasional.
Pernah Masuk Media Dunia dan Jadi Sorotan Nasional
Gandrung Sewu bukan hanya viral di Indonesia. Aksi spektakulernya pernah masuk dalam daftar acara budaya paling menarik di Asia versi media wisata internasional. Bahkan, Kementerian Pariwisata RI menyebut Gandrung Sewu sebagai salah satu event budaya terbaik di Indonesia.
Pada tahun 2018, salah satu edisi Gandrung Sewu yang mengusung tema perjuangan rakyat Blambangan melawan kolonial Belanda sempat menjadi trending topic di media sosial karena penampilannya yang epik, menyentuh, dan menggugah semangat nasionalisme.
Tema yang Berbeda Setiap Tahun
Setiap tahun, Gandrung Sewu mengusung tema yang berbeda, mulai dari kisah rakyat lokal, sejarah perjuangan, hingga simbol-simbol kearifan lokal. Misalnya:
βKemilau Bumi Blambanganβ
βSewu Tembang Cinta Tanahkuβ
βKembang Pepeβ
βOmprog Gandrungβ
Tema tersebut dipadukan dengan narasi teatrikal, musik etnik live, dan koreografi massal yang menggambarkan alur cerita dengan dramatis.
Dampak Sosial dan Ekonomi Positif
Gandrung Sewu bukan sekadar acara budaya, tapi juga motor penggerak ekonomi lokal. Ribuan penonton yang hadir mendatangkan efek positif bagi pelaku UMKM, penginapan, kuliner, dan transportasi lokal. Siswa dan pemuda yang terlibat juga memperoleh pelatihan disiplin, seni, hingga pengalaman panggung profesional.
Bahkan, bagi para pelajar, ikut tampil di Gandrung Sewu dianggap sebagai kebanggaan tersendiri yang bisa dikenang sepanjang hidup.
Bukti Nyata Pelestarian Budaya Osing
Melalui Gandrung Sewu, pemerintah dan masyarakat Banyuwangi berhasil membuktikan bahwa budaya bisa dirawat, ditampilkan dengan megah, dan tetap relevan di era modern. Generasi muda tidak hanya mengenal tarian leluhur mereka, tetapi juga turut menjadi bagian dari pertunjukan kolosal yang mendunia.
Kapan dan Bagaimana Menyaksikannya?
Gandrung Sewu biasanya digelar pada bulan September atau Oktober, sebagai bagian dari rangkaian Banyuwangi Festival. Tiket masuknya sering kali gratis atau sangat terjangkau, namun kamu harus datang lebih awal karena tempat akan dipadati ribuan penonton.
Untuk wisatawan dari luar kota, kamu bisa menginap di hotel sekitar kota Banyuwangi dan menjangkau lokasi dengan kendaraan umum atau online.
Kesimpulan: Budaya Lokal, Panggung Internasional
Gandrung Sewu bukan sekadar tari massal, melainkan pertunjukan budaya yang menggabungkan seni, sejarah, dan semangat masyarakat Banyuwangi. Setiap gerakan penari, setiap denting gamelan, dan setiap suara biola menjadi bukti bahwa tradisi bisa tampil megah dan memukau dunia.
Jika kamu mencari pengalaman budaya yang luar biasa dan menggetarkan hati, Gandrung Sewu wajib masuk dalam bucket list liburanmu!