Travel

Bahasa Osing Masih Digunakan Sehari-Hari! Ini Contoh Percakapannya yang Unik!

Banyuwangi bukan hanya terkenal karena wisata alam dan budayanya, tetapi juga karena satu hal unik yang menjadi identitas daerah ini: bahasa Osing. Bahasa ini merupakan bahasa asli masyarakat Suku Osing, penduduk asli Banyuwangi yang mendiami wilayah-wilayah seperti Kemiren, Glagah, Songgon, hingga Licin. Uniknya, di tengah arus modernisasi dan dominasi bahasa Indonesia, bahasa Osing masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari! Mulai dari percakapan antar warga, dalam pertunjukan seni, hingga pada upacara adat. Bahkan, beberapa sekolah dan komunitas mulai mengajarkan kembali bahasa ini pada generasi muda agar tidak punah.

Asal-Usul Bahasa Osing

Bahasa Osing berasal dari rumpun bahasa Jawa Kuno, namun berkembang secara mandiri seiring sejarah panjang Suku Osing. Bahasa ini memiliki perbedaan mencolok dari bahasa Jawa pada umumnya, terutama dalam pelafalan dan kosakata.

Karena isolasi geografis dan pengaruh sejarah lokal, bahasa Osing dianggap sebagai salah satu bentuk bahasa Jawa yang paling “murni”, belum banyak terpengaruh oleh unsur luar seperti bahasa Jawa modern atau Madura.

Masih Dipakai Sehari-Hari

Jika kamu berkunjung ke Desa Kemiren salah satu kampung adat Osing kamu akan mendengar warga berbicara dalam bahasa Osing di pasar, rumah, bahkan di tempat wisata. Bahasa ini juga kerap muncul dalam pertunjukan tari Gandrung, ritual Seblang, dan lagu-lagu tradisional Osing.

Beberapa pemerintah desa bahkan mulai memasukkan bahasa Osing dalam sambutan resmi, papan nama jalan, dan kegiatan budaya untuk memperkuat identitas lokal.

Contoh Percakapan Bahasa Osing

Berikut adalah beberapa contoh percakapan ringan dalam bahasa Osing beserta artinya:


1. Salam Sehari-Hari

  • A: Sugeng enjing, Pak. Arep tindak neng endi?”

  • B: Sugeng enjing, Le. Arep menyang pasar.”

Artinya:
A: “Selamat pagi, Pak. Mau pergi ke mana?”
B: “Selamat pagi, Nak. Mau ke pasar.”


2. Menanyakan Kabar

  • A: Piye kabarmu, Bu?”

  • B: Alhamdulillah, apik-apik bae.”

Artinya:
A: “Bagaimana kabarmu, Bu?”
B: “Alhamdulillah, baik-baik saja.”


3. Percakapan di Warung

  • Pembeli: Bu, tumbas sego pecel sak piring.”

  • Penjual: Inggih, enten sekedap nggih.”

Artinya:
Pembeli: “Bu, beli nasi pecel satu piring.”
Penjual: “Iya, tunggu sebentar ya.”


4. Ajakan Bertemu

  • A: Yen sore arep dolan neng omahku, yo?”

  • B: Yo, insyaAllah. Aku teko sakwisé magrib.”

Artinya:
A: “Kalau sore main ke rumahku, ya?”
B: “Iya, insyaAllah. Aku datang setelah magrib.”


5. Ucapan Terima Kasih

  • A: Matur suwon sanget nggih, Bu.”

  • B: Sami-sami, Le. Ati-ati mulihé.”

Artinya:
A: “Terima kasih banyak ya, Bu.”
B: “Sama-sama, Nak. Hati-hati pulangnya.”

Kosakata Umum Bahasa Osing

Berikut beberapa kosakata yang sering digunakan:

Bahasa OsingBahasa Indonesia
TumbasBeli
ArepMau
TindakPergi
SugengSelamat
Le/Bu/PakPanggilan orang
Neng endiKe mana
ApikBaik
DolanMain
EntenTunggu
MulihPulang

Upaya Pelestarian Bahasa Osing

Bahasa Osing kini tak hanya hidup dalam percakapan warga, tetapi juga diajarkan di sekolah lokal sebagai muatan lokal, diangkat dalam drama dan pertunjukan seni, serta didokumentasikan oleh peneliti bahasa.

Pemerintah Banyuwangi bahkan menjadikan bahasa Osing sebagai bagian penting dari branding budaya daerah, termasuk dalam program Banyuwangi Festival, desa wisata, hingga event internasional.

Kesimpulan: Bahasa Osing, Warisan Leluhur yang Tetap Hidup

Bahasa Osing bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cerminan identitas budaya masyarakat Banyuwangi. Meski zaman berubah, bahasa ini tetap lestari karena digunakan, diajarkan, dan dicintai oleh warganya.

Bagi wisatawan, mengenal bahasa Osing bisa menjadi pengalaman unik yang memperkaya kunjunganmu ke Banyuwangi. Bahkan hanya dengan menyapa “Sugeng enjing!kamu sudah bisa membuat warga lokal tersenyum ramah.

What's your reaction?

Related Posts